JADILAHSEPERTI LEBAH Rasulullah saw. bersabda, "Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya)." (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar) Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan Janganjadikan pandangan kita itu seperti "MATA LALAT" Yang sukanx mencari benda-benda busuk & buruk (Artinya selalu mencari kesalahan dan kehilafan orang lain, & tak perna pikir kebaikan orang lain) Tapi jadilah seperti "MATA LEBAH" Yang suka mencari dimanakah letaknya haruman dan manisan. Jadilah seperti lalat pak X, yang bisa mencari jalan alternatif saat berada dalam kesulitan", kata Pak Y. Nah kita dapat kesimpulan dari cerita diatas yaitu bahwa saat bisnis kita menemui jalan buntu dan mengalami kegagalan demi kegagalan, bukan berarti kita harus putus asa. Makajadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., "Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain." Untuk menjadikan kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera sangat memerlukann manusia-manusia seperti itu. Lalathanya fokus dan tertarik dengan kotoran maka tidaklah ia memandang kecuali perbuatan buruk dan kesalahan. Namun jadilah seperti lebah yang hanya mengambil kebaikan dari sari-sari bunga dan meninggalkan keburukan-keburukan." Sumber referensi : 1. Derli Fahlevi, "Paradigma, Awal dari Kesuksesan", 2016. 2. Janganlahjadi seperti lalat yang hanya nampak benda-benda busuk dan kotor sahaja, tapi jadilah seperti lebah yang selalu nampak benda-benda cantik dan wangi." - Ustaz Kazim Elias. Lalat merayau-rayau mencari sesuatu untuk disantap, tidak kira apa yang terdedah di situlah lalat datang bertandang. . Jadilah engkau seperti lebah yang hanya mengambil kebaikan dari sari-sari bunga dan meninggalkan keburukan-keburukan, bukan seperti lalat yang mencari-cari luka-luka yang bau - Seorang penyair berkata شَرُّ الْوَرَى بِعُيُوْبِ النَّاسِ مُشْتَغِلُ …. مِثْلُ الذُّبَابِ يُرَاعِي مَوْطِنَ الْعِلَلِ Seburuk-buruk manusia adalah yang hanya sibuk mencari aib/kekurangan orang-orang…. Seperti lalat yang hanya memperhatikan bagian luka فَعَيْنُهُ أَبَداً باِلسَّوْءِ مُغْرَمَةٌ …. فَلاَ يَرَى غَيْرَ قَبِيْحِ الْفِعْلِ وَالْخَلَلِ Selalu saja matanya tertarik dengan melihat keburukan… Maka tidaklah ia memandang kecuali perbuatan buruk dan kesalahan… وَلاَ تَرَى عَيْنُهُ إِلاَ مَسَاوِئَنَا …. وَتَشْتَهِي رُْؤَيَةَ الأَوْضَارِ وَالزَّلَلِ Tidaklah matanya melihat kecuali keburukan-keburukan kita…Bahkan ia senang jika melihat kotoran-kotoran dan ketergelinciran… يَكْبِلُ النَّاسَ بِالأَصْفَادِ تَمْنَعُهُمْ …. مِنَ النُّهُوْضِ وَتَفَشِّي الْحِسِّ بِالْفَشَلِ Ia mengikat manusia dengan belenggu yang menahan mereka …untuk bangkit dan menjadikan orang-orang selalu merasa gagal… Ada sebagian orang yang hobinya hanya mencari-cari kesalahan dan kekurangan, hampir-hampir tidak ada sesuatupun yang menyenangkannya. Tidaklah ia memandang makanan yang lezat terhidangkan kecuali matanya tertuju pada sehelai rambut yang tidak sengaja terjatuh di atas makanan tersebut, lalu diapun mencela makanan tersebut! Tidak ada buku yang baik dan bermanfaat kecuali matanya tertuju pada kesalahan cetak yang terdapat pada buku tersebut, tidaklah ia melihat pakaian yang bersih kecuali matanya tertuju pada setetes tinta yang –tanpa sengaja- mengotori baju tersebut. Jika ia mengendarai kendaraan sahabatnya, maka spontan ia berkata, “udah tua model mobilmu!”. Jika ia masuk ke rumah sahabatnya ia spontan berkata, “perabot rumah udah lama dan usang, kenapa tidak diganti-ganti? apa tidak bosan?“. Jika ia pulang kerumahnya –sementara istrinya sudah berjam-jam menyiapkan hidangan makanan- maka ia berkata, “kenapa engkau tidak membuatkan aku makanan ini dan itu?“, padahal istrinya telah menyiapkan berbagai macam hidangan. Lihatlah adab Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَْط كَانَ إِذَا اشْتَهَى شَيْئًا أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan, jika ia suka maka ia makan, dan jika ia tidak suka maka beliau tinggalkan” HR Al-Bukhari no 3563 dan Muslim no 2064 Anas bin Maalik radhiallahu anhu berkata, وَاللهِ لَقَدْ خَدَمْتُهُ تِسْعَ سِنِيْنَ مَا عَلِمْتُهُ قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُهُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا؟ أَوْ لِشَيْءٍ تَرَكْتُهُ هَلاَّ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا؟ “Demi Allah aku telah melayani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selama sembilan tahu, aku tidak pernah mengetahuinya berkata kepada apa yang aku kerjakan, “Kenapa engkau melakukan ini dan itu”, dan tidak juga pernah berkata kepada sesuatu yang aku tinggalkan, “Kenapa engkau tidak melakukan ini dan itu?” HR Muslim no 2309. Jadilah engkau seperti lebah yang hanya mengambil kebaikan dari sari-sari bunga dan meninggalkan keburukan-keburukan, bukan seperti lalat yang mencari-cari luka-luka yang bau. Sungguh kasihan orang yang modelnya seperti ini, ia menyiksa dirinya dan juga menyiksa orang lain. Tidak ada sesuatupun yang memuaskan dirinya, dan perkataannya selalu menyakiti perasaan orang lain, perasaan sahabatnya, bahkan perasaan istrinya. Bahkan bisa jadi orang-orang akan membalas perbuatannya, mencari-cari dan mengumbar kesalahan-kesalahannya ! Al-Imam As-Syaafi’i rahimahullah berkata إَذَا رُمْتَ أَنْ تَحْيَا سَلِيْماً مِنَ الرَّدَى …. وَدِيْنُكَ موفورٌ وَعِرْضُكَ صَيِّنُ Jika engkau ingin hidup selamat dari kehinaan…. Agamamu terjaga demikian pula harga dirimu… فَلاَ يَنْطِقَنْ مِنْكَ اللِّسَانُ بِسَوْأَةٍ …. فَكُلُّكُ سَوْءَاتٌ وَلِلنَّاسِ أَلْسُنُ Maka janganlah sekali-kali lisanmu mengucapkan keburukan….Sesungguhnya seluruh dirimu adalah kekurangan dan orang-orang juga memiliki lisan yang bisa mencelamu وَعَيْنَاكَ إنْ أَبْدَتْ إِلَيْكَ مَعَايِباً …. فَدَعْهَا ، وَقُلْ يَا عَيْنُ لِلنَّاسِ أَعْيُنُ Dan jika kedua matamu melihat aib-aib orang lain… maka tinggalkanlah dan katakanlah kepada matamu, “Wahai mataku, sesungguhnya orang-orang juga memiliki mata” وَعَاشِرْ بِمَعْرُوفٍ ، وَسَامِحْ مَنِ اعْتَدَى …. وَدَافِعْ وَلَكِنْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ Hendaknya engkau bergaul dengan cara yang baik, maafkanlah orang yang bersalah kepadamu…Serta tolaklah kesalahan orang tersebut akan tetapi dengan cara yang terbaik Ingatlah kata Imam As-Syafi’i, “dirimu seluruhnya adalah kekurangan!“. Jika orang lain ingin mencari kesalahanmu maka seluruh bagian tubuhmu bisa menjadi bahan celaan, songkokmu, kaca matamu, cara jalanmu, wajahmu, tubuhmu, semuanya bisa jadi bahan celaan! Tapi… Ini bukan berarti kita meninggalkan nasehat, bahkan menasehati kesalahan-kesalahan merupakan kewajiban. Akan tetapi janganlah terlalu detail dan bersikap “mencari-cari”, akan tetapi kesalahan yang jelas nyata dan tersebar maka tegakkanlah nasehat sebagai pengamalan perintah Allah dan RasulNya dalam ber-nahi mungkar! Wallahu A’lam bi As-Showaab — Penulis Ustadz Firanda Andirja, Lc., MA. Sumber Huffpost Dalam konsep Islam, Allah menciptakan sesuatu itu ada pasangan lawannya. Begitu juga dalam surah an-Nahl lebah pasangan lawannya adalah surah al-Ankabut labah-labah. Labah-labah yang difirmankan Allah dalam ayat 41 memberi konotasi yang berbeza dengan lebah. “Perumpamaan orang yang meminta perlindungan selain Allah adalah seperti labah-labah yang membuat sarang untuk menjadi tempat perlindungannya. Dan sesungguhnya sarang-sarang yang sehabis-habis reput ialah sarang labah-labah, kalaulah mereka orang-orang yang berpengetahuan.” Dalam ayat ini, labah-labah yang disebutkan hanyalah satu modul negatif yang merujuk kepada sifat orang yang tidak beriman kepada Allah. Jika ingin dilihat dalam konteks masyarakat pula, habitat labah-labah hidup dengan mandiri. Kita lihat bagaimana habitat seekor labah-labah. Jika lebah hidup dalam bermasyarakat dan ada organisasinya tersendiri. Labah-labah pula berbeza, ia hidup sendiri bahkan hanya menunggu makanan dan bukan keluar mencari makanan sebagaimana lebah. Kiasan dalam surah al-Ankabut dengan prosa kata pada hal sesungguhnya sarang-sarang yang sehabis-habis reput ialah sarang labah-labah menunjukkan rumah labah-labah adalah sangat lemah sekalipun menjadi tempat memerangkap makanannya. Labah-labah yang hanya menunggu makanan datang membawa kiasan binatang yang lemah, sedangkan jika dalam konteks kehidupan manusia, Allah menuntut umatnya agar keluar berusaha mencari makanan sendiri Hidup bergantung Mungkin ada yang kata rumah labah-labah ibarat satu saf kerana patennya yang berbaris-baris. Namun jika diperhalusi rumahnya, ia tidaklah seteguh mana. Bahkan untuk membina rumah tersebut, ia memerlukan tempat kebergantungan dan bertaut yang banyak, agar rumah itu dapat didirikan dengan baik. Pembinaan ini menjadi kiasan dalam masyarakat, jika hanya bergantung pada seseorang atau organisasi tertentu, pasti selamanya tidak akan mampu berdiri sendiri, kuat dan berjaya. Malahan rapuh dan runtuh sebagaimana rumah labah-labah. Dan sekiranya mengambil signifikan dari rumah labah-labah pada pelbagai sudut negara seperti kebergantungan terhadap aspek ekonomi, sosial, politik dan sebagainya, sudah tentu juga ia memberi masalah pada negara kita sendiri. Andai kita meletakkan kebergantungan pada orang lain, sudah pasti ia inginkan timbal balik. Tidak mungkin hanya sekadar membantu sahaja tanpa mengharapkan apa-apa balasan. Sekiranya berlaku sedemikian, pasti ia meletakkan kedudukan kita atau negara dalam kedudukan yang tidak selamat. Sebenarnya, itulah yang berlaku di dalam masyarakat kita sekarang ini. Banyak perkara sebenarnya kita bergantung pada institusi-institusi lain terutama dari sudut ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Dari sudut kedaulatan juga kita ada pergantungan, seperti dengan negara China dan beberapa negara lain. Ini satu cabaran yang sangat berat terutama kepada pemimpin dan negara. Kebergantungan ini menjadi masalah pada kita. Walaupun ketika ini kita banyak bergantung pada mana-mana organisasi luar, namun kita perlu mengorak langkah meminimumkan kebergantungan itu. Kalau boleh dari labah-labah kita hendaklah beransur-ansur bertukar menjadi lebah. Ini tindakan yang seharusnya kita ambil agar tidak berterusan menjadi si labah-labah. Apa pun sekiranya ingin mengorak langkah itu, ia perlu dilakukan secara menyeluruh dan bukan hanya memilih sama ada Islam atau tidak. Hal ini kerana yang menjadi rahmat itu bukan sekadar mencakupi Islam sahaja, tetapi sasarannya lebih luas. Itu yang menjelaskan bahawa “Kami mengutuskan rasul sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Memang benar ada beberapa perkara dan isu yang hanya dikhususkan untuk umat Islam sahaja cakupan takluknya. Namun itu hanyalah dari sebahagiannya sahaja, manakala selebihnya ia menuntut untuk diaplikasikan kepada bukan Islam. Al-Quran ini sebagai teks yang berlapis-lapis yang mana sifatnya seperti sulaman kain yang di dalamnya sudah cukup lengkap. Hanya perlukan gunting untuk membuka kaitan-kaitan yang berlapis-lapis itu. Rahsia al-Quran tidak akan habis untuk dikaji selamanya. Ada ayat-ayat yang boleh kita ambil untuk dikaji dan difikirkan secara tuntas. Inilah tanda bagi orang yang berfikir. Wallahu a’lam ________________________________________ Jadikan UtusanTV shortcut’ muka depan telefon anda!Ikuti langkah iniLangkah 1 Layari 2 Klik pada logo UtusanTV di bahagian atas skrinLangkah 3 Klik pada 3 titik di penjuru atas kanan atau penjuru bawah kanan telefon andaLangkah 4 Klik Add to Homescreen’ JADILAH SEPERTI LEBAH … BUKAN LALAT !!! Seorang Penyair berkata Seburuk-buruk manusia adalah yang hanya sibuk mencari aib/kekurangan orang-orang…. Manusia seperti itu manusia Seperti lalat yang hanya memperhatikan bagian luka ….Selalu saja matanya tertarik dengan melihat keburukan… Maka tidaklah ia memandang kecuali perbuatan buruk dan kesalahan… …. Tidaklah matanya melihat kecuali keburukan-keburukan kita…Bahkan ia senang jika melihat kotoran-kotoran dan ketergelinciran… SUNGGUH KASIHAN orang yang modelnya seperti ini…ia menyiksa dirinya…dan juga menyiksa orang lain… Jadilah engkau seperti LEBAH yang hanya mengambil kebaikan dari sari-sari bunga dan meninggalkan keburukan-keburukan, bukan seperti lalat yang mecari-cari luka-luka yang bau…. Ingatlah kata Imam As-Syafi’i, “Dirimu seluruhnya adalah kekurangan…!!”. Jika orang lain ingin mencari kesalahanmu maka seluruh bagian tubuhmu bisa menjadi bahan celaan…songkokmu… kaca matamu…cara jalanmu… wajahmu…tubuhmu..semuanya bisa jadi bahan celaan..!! Dinukil dari ustadz Firanda Andirja – Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.” Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.” Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera. Nah, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan mengilhamkan kepada lebah Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan bagimu.’ Dari perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Rabb bagi orang-orang yang memikirkan.” An-Nahl 68-69 Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih. Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar. Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu. Al-Baqarah 168 Yaitu orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang namanya mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Al-A’raf 157 Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits kebusukan. Mengeluarkan yang bersih. Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan liurnya! Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” Al-Hajj 77 Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum. Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya. Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaat manusia. Tidak pernah merusak Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun baik material maupun nonmaterial. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Jika kerusakan terjadi akibat korupsi, ia memberantasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan koruptor ke pengadilan. Bekerja keras Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya saat “menetas”, lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” Alam Nasyrah 7 Kerja keras dan semangat pantang kendur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya “dirugikan” dalam upaya penegakkan keadilan. Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Ash-Shaff 4 Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari. Itulah beberapa karakter lebah yang patut ditiru oleh orang-orang beriman. Bukanlah sia-sia Allah menyebut-nyebut dan mengabadikan binatang kecil itu dalam Al-Quran sebagai salah satu nama surah An-Nahl. Allahu a’lam. [] Redaktur Ardne Beri NilaiLoading... Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana Lebah merupakan salah satu makhluk yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala. Bahkan salah satu surat di dalam Alquran bernama Surat An Nahl yang berarti lebah. Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin lebah lebah madu merupakan sesuatu yang tidak signifikan di pandangan kita, kita cenderung mengabaikannya. Namun sebagai seorang muslim, kita diminta untuk memiliki cara berpikir yang berbeda, salah satunya adalah dengan belajar, refleksi, dan mengambil hikmah dari hal-hal di sekitar kita, termasuk mengambil pelajaran dari lebah. Dalam Alquran Surat An Nahl ayat 68-69 Allah SWT berfirman yang artinya “Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia, kemudian makanlah dari segala macam buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu.” Dari perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Allah bagi orang yang berpikir.” Jika kita coba amati lebah, ada beberapa sifat mulia dari lebah yang dapat kita teladani. Berikut ini beberapa petunjuk yang diberikan oleh makhluk kecil bernama lebah kepada manusia 1. Lebah hanya memakan hal-hal yang baik saja Lebah tidak akan mengambil makanan dari bunga yang masih muda belum mekar, tidak pula dari bunga yang di sana sudah ada lebah lainnya. Lebah selalu memilih untuk hanya mengambil makanan dari bunga yang segar, bersih, dan baik. Kita sebagai manusia, di saat ingin mencari pekerjaan, memulai suatu usaha baik bisnis maupun yang lainnya, ataupun memilih makanan yang akan kita makan, carilah dari hal yang baik-baik saja. Carilah yang terbaik. 2. Lebah adalah pengejar prestasi yang tinggi high achiever Hal ini merupakan bagian sikap seorang mukmin. Mereka tidak akan berhenti dengan sesuatu yang biasa-biasa saja. Seorang mukmin haruslah selalu berusaha untuk mencapai hal yang terbaik. 3. Lebah tidak akan mengambil sesuatu dari bunga tanpa memberikan manfaat kepadanya Bahkan, manfaat yang diberikan jauh lebih besar dari sesuatu yang diambil oleh lebah. Lebah mengambil serbuk sari dari bunga dan menaruhnya pada bunga yang lainnya, yang mana aksi tersebut dibutuhkan oleh bunga. Sama seperti lebah yang punya hubungan dengan bunga, setiap manusia juga punya hubungan dengan manusia/makhluk yang lainnya. Dalam hubungan kita, alangkah lebih baik jika mencontoh perilaku lebah. Berikanlah sesuatu yang membuat kehidupan orang lain menjadi lebih baik, dan jangan ambil sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya/kerugian bagi mereka. Jangan terlalu menuntut dari orang lain, tapi lebih fokuslah bagaimana kita bisa memberikan lebih banyak manfaat bagi mereka. 4. Lebah tidak akan merebut bunga yang telah berelasi dengan lebah yang lain Dia akan mencari bunga yang memang belum diambil oleh lebah lainnya. Sebagai manusia, kadang sering kali kita salah dalam berkompetisi, kita merebut hal-hal yang sebelumnya telah diusahakan oleh orang lain. Misal, kita melihat tetangga kita membuka bisnis baru, lalu kita membuka bisnis yang sama dan berusaha mengambil pelanggan dari tetangga kita tersebut. Atau kita berusaha menghalang-halangi orang lain, mempersulit urusannya karena kita khawatir suatu saat mereka akan mengancam posisi kita. Tentu saja hal ini bukanlah karakter dari seseorang yang beriman. Ketika kita memberikan manfaat kepada orang lain, itu bukanlah kompetisi. Karena di saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, semuanya akan mendapatkan manfaat. 5. Lebah tidak akan menuntut terlalu banyak dan tidak memberikan tekanan kepada makhluk lain bunga Saat lebah hinggap pada bunga, apalagi bunga yang secara kekuatan lebih rapuh daripada lebah, dia tidak akan hinggap sepenuhnya hingga membuat bunga tersebut patah/rusak. Lebah akan mengepakkan sayapnya dan mengelilingi bunga tersebut. Sebagai manusia, kita harus menginstrospeksi diri kita apakah terlalu banyak menuntut dari orang lain, misal ke anak atau ke rekan-rekan kita. Lalu kita harus memperbaikinya agar tidak menjadi seseorang yang terlalu menuntut, karena bisa jadi apa yang kita lakukan tersebut bisa membuat orang lain merasa tertekan/tersakiti. 6. Lebah adalah makhluk sosial yang tidak iri satu sama lain Mereka membuat sarangnya secara kolektif. Mereka bekerja bersama untuk kepentingan bersama. Sering kali di dalam komunitas muslim yang kurang beriman, sebagian merasa iri ketika melihat kesuksesan yang diperoleh orang lain. Dan ketika kita yang mendapat kesuksesan, kita jarang mau berbagi kepada orang lain karena khawatir orang tersebut akan memperoleh kesuksesan yang sama dengan kita atau mungkin malah melebihi apa yang kita dapatkan. Sifat-sifat yang seperti ini, seharusnya kita jauhi. 7. Lebah adalah makhluk yang rendah hati Sedangkan manusia, terkadang ketika mereka sibuk atau terkenal atau mendapatkan banyak kenikmatan, manusia menjadi sombong, tidak mau meluangkan waktunya untuk orang lain yang membutuhkannya. Atau bahkan merasa lebih baik dari orang lain dan tidak mau bergaul dengan yang posisi atau keadaannya sedang lebih rendah daripada dirinya. Marilah kita belajar agar lebih rendah hati seperti halnya lebah. 8. Lebah memberikan manfaat pada komunitas yang lebih luas Mereka tidak hanya memberikan manfaat pada dirinya sendiri maupun makhluk lain yang berelasi secara langsung dengannya. Sebagai contohnya, mereka menghasilkan madu yang sangat berguna untuk manusia agar memiliki ketahanan tubuh yang baik dan dapat pula menyembuhkan berbagai penyakit. Subhanallah.. banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dari lebah, makhluk yang ukurannya relatif cukup kecil namun dikarunia sifat-sifat yang luar biasa oleh Allah Ta’ala. Semoga Allah memudahkan usaha kita untuk bisa belajar dan bisa menjadi lebih baik lagi. Yogyakarta, 1 Syawal 1442 H Tulisan ini terinspirasi dari isi ceramah dari Ustaz Nouman Ali Khan yang berjudul “Be Like The Bee”. Penulis Septia Rani Dosen Informatika UII Jurusan Informatika UII menerima kiriman artikel untuk ditampilkan pada Pojok Informatika dan Pojok Dakwah. Ketentuan dan prosedur pengiriman dapat dilihat pada laman berikut. Related posts

jadilah seperti lebah bukan lalat